Jangan Terlena dengan Pujian
Pujian seringkali membuat orang terlena sehingga melupakan hakikat diri yang sebenarnya. Banyak orang yang memuji, namun hal itu bukan berarti apa yang ada di diri kita sama persis dengan apa yang dipuji olehnya.
Dari ayah Abdurrahman bin Abi Bakrah,
“Seseorang berada di dekat Nabi shalallahu’alaihi wa sallam. Lalu ada orang lain yang memuji-muji orang tersebut, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka engkau! Engkau telah menebas leher kawanmu.” – Nabi mengulang kata tersebut berulang kali – Jika kamu mau memuji, dan itu harus memuji, maka katakan, “Aku sangka (aku kira) dia demikian dan demikian” jika dia menyangka kawannya memang seperti itu, “dan yang mengetahui pasti adalah Allah, dan aku tidak mau memastikan (keadaan) seseorang di sisi Allah.” (HR. Bukhari no. 6061 dan Muslim no. 3000)
Dalam hadits tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan penjelasan bahwasannya ujub dapat disebabkan karena pujian yang berlebihan.
Jika pada saat seseorang memuji kawannya atau orang lain di hadapannya, dan dapat menyebabkan orang yang dipuji tersebut merasa besar diri dan bangga dengan amalannya, maka hal ini dimakruhkan.
Adapun pujian kepada seseorang yang orangnya tidak ada di tempat itu, maka hal tersebut adalah sanjungan yang baik.
Dalam hadis ini juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari orang yang memuji orang lain itu dengan mengatakan, “Celaka kamu, kamu telah menebas leher kawanmu”. Artinya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyukai perilaku semacam ini.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Syakir,
“Suatu hari seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia mengatakan, “Apakah anda sayyidul Quraisy?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “As Sayyid adalah Allah.” Maka sahabat mengatakan, “Engkau adalah orang yang paling mulia di antara kita, paling besar jasanya?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Katakanlah perkataan yang biasa kalian ucapkan, dan jangan jadikan perkataan kalian menjadi tunggangan setan-setan.” (HR. Ahmad no. 16316, Abu Daud no. 4706)
Dari hadis ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja melarang seseorang memuji di hadapan beliau, lalu bagaimanakah dengan orang yang levelnya pasti di bawah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berhati-hatilah dengan hati manusia yang lemah. Jika dipuji, maka dapat menyebabkan masuknya ujub dalam hatinya, yang dapat mempengaruhi perilaku dan tindakannya.
Sumber: muslim.or.id